2.1
DIKSI ( Pilihan Kata )
Pilihan kata atau Diksi
adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan.
Diksi atau Plilihan kata mencakup
pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu
situasi.
Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata
atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas.
Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai.
Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang
berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan
kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi
untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan
adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih
runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan
secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir
bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan
kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal
yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam
masyarakat.
Diksi
terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata
benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan
makna :
·
Sinonim
Merupakan
kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan
(bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan
makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
·
Antonim.
Merupakan
ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan
dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk;
kata besar berantonim dengan kata kecil.
·
Polisemi.
Adalah
sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari
satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti
terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah
atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian
dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum
dan Iain-lain.
·
Hiponim.
Adalah
suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai
ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan
bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap
kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
·
Hipernim.
Merupakan
suatu kata yang mencakup makna kata lain.
·
Homonim.
Merupakan
kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
·
Homofon.
Merupakan
kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
·
Homograf.
Merupakan
kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
·
Makna Denotasi
Makna
Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau
sesuai dengan makna kamus.
Contoh
: Adik makan nasi. Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
·
Makna
Konotasi
Kalau
makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi
merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain atau makna
kiasan.
Contoh
: kamu selalu datang tepat waktu, alarm
jam kamu bagus. alarm arti nya adalah disiplin (tepat waktu).
2.2 Kalimat Efektif
Definisi
kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi,
kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat
efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara
tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan
pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang
dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Ciri-Ciri Kalimat
Efektif :
1.
Kesatuan Gagasan
Memiliki
subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta
membentuk kesatuan tunggal.
Di
dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat
ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam
keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu
merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus
dihilangkan).
2.
Kesejajaran
Memiliki
kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak
menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat
tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu
menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat
itu harus diubah :
a. Kakak
menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
b. Anak
itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3.
Kehematan
Kalimat
efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang
berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga
mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian
kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat
yang benar adalah:
Mawar,anyelir,
dan melati sangat disukainya.
4.
Penekanan
Kalimat
yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
•
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting
di depan kalimat.
Contoh
:
a. Harapan
kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
b. Pada
kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
•
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah,
-pun, dan –kah.
Contoh
:
a. Saudaralah
yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
b.
Kami pun turut dalam kegiatan itu.
c. Bisakah
dia menyelesaikannya?
•
Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh
:
Dalam
membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua
dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap
saling memahami antara satu dan lainnya.
•
Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau
berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh
:
a. Anak
itu tidak malas, tetapi rajin.
b. Ia
tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5.
Kelogisan
Kalimat
efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh
:
Waktu
dan tempat saya persilakan.
Kalimat
ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang
tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak
penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh
kalimat efektif :
a. Saran
yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya
akan kami pertimbangkan.
b. Sejak
dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
2.3
Paragraf atau Alinea
Alinea
atau Paragraf adalah kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat, berupa
penggabungan beberapa kalimat yang mempunyai satu gagasan atau satu tema.
Meskipun demkian, ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat saja,
penyebabnya antara lain :
1.
Kurang dikembangkan oleh penulis
2.
Sebagai peralihan antara bagian-bagian karangan
3.
Dialog antar narasi diperlakukan sebagai satu alinea
Adapun
tujuan pembentukan alinea adalah :
a.
Memudahkan pegertian dan pemahaman terhadap satu tema
b.
Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.
Persyaratan
Alinea :
a.
Memiliki kesatuan alinea : dalam satu alinea hanya memiliki satu pokok pikran.
b.
Memiliki kepaduan alinea atau koherensi.
Jenis-jenis
alinea :
1).
Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
·
Paragraf Deduktif
Adalah
paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraph
·
Paragraf Induktif
Bila
kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf
induktif
·
Paragraf Deduktif-Induktif
Bila
kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah
paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan
atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
·
Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh
kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat
yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi
akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya
sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian
bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
2).
Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi
sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan
tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat
isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan
menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga
Berdasarkan
sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
·
Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf
mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca
·
Paragraf argumentasi : adalah isi
paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
·
Paragraf naratif : adalah isi paragraf
menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
·
Paragraf deskritif : adalah paragraf
yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
·
Paragraf eksposisi : adalah paragraf
yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
3).
Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut
fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
·
Paragraf Pembuka
Bertujuan
mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai
bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
a. menghantar
pokok pembicaraan
b.
menarik minat pembaca
c.
menyiapkan atau menata pikiran untuk
mengetahui isi seluruh karangan.
·
Paragraf Pengembang
Bertujuan
mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan
dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
a. mengemukakan
inti persoalan
b.
memberikan ilustrasi
c.
menjelaskan hal yang akan diuraikan pada
paragraf berikutnya
d.
meringkas paragraf sebelumnya
e. mempersiapkan
dasar bagi simpulan.
·
Paragraf Penutup
Paragraf
ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf
ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.
Penyajian
harus memperhatikan hal sebagai berikut :
a. sebagai
bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
b.
isi paragraf harus berisi simpulan
sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
c. sebagai
bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan
yang medalam bagi pembacanya
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar