TUGAS
BULAN 1
1. Peranan dan Fungsi
Bahasa Indonesia
2. Ragam Bahasa
3. EYD dan Tanda Baca
Nama : Bayu Puja Kusuma
NPM : 11113672
Kelas : 3KA17
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat
kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ” Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia, Ragam Bahasa, EYD dan Tanda Baca”.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan orang tua yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Daftar Isi
Cover
............................................................................................................
Kata
Pengantar
.............................................................................................
Daftar
Isi .......................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
............................................................................
A.
Latar Belakang ..........................................................................................
B.
Rumusan Masalah
.....................................................................................
C.
Tujuan
........................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
................................................................................
1.Peranan
dan Fungsi Bahasa Indonesia
........................................................
A.
Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
......................................
B.
Peranan Bahasa Indonesia Untuk Menyerap dan Mengungkapkan Hasil Pemikiran
.........................................................................................................
C.
Menunjukkan Rasa Wajib pada Diri Sendiri terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia
..........................................................................................................
2.
Ragam Bahasa
.............................................................................................
A.
Macam dan jenis Ragam Bahasa ...................................................................
B.
Ragam Bahasa menurut .................................................................................
C.
Pengungkapannya ..........................................................................................
3.
EYD dan Tanda Baca
.....................................................................................
A.
Ejaan dan Kaidah Tata Tulis .........................................................................
B.
Huruf Kapital
.................................................................................................
C.
Huruf Miring
..................................................................................................
D.
Pemenggalan kata secara Ortografis
.................................................................
E.
Kata Serapan
......................................................................................................
BAB
III REFERENSI ............................................................................................
Daftar
Pustaka
........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pengertian
Bahasa secara harfiah ialah lambang, Sedangkan secara sederhana ialah suatu
media atau alat yang digunakan ketika kita ingin menyampaikan sesuatu yang
tersirat dalam hati nurani. Sedangkan bahasa menurut para ahli :
Menurut
Depdiknas, 2005: 3 Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara
teratur, yang menggunakan bunyi sebagai alatnya.
Menurut
Harun Rasyid, Mansyur & Suratno, 2009: 126 Bahasa merupakan setruktur dan
makna yang bebas dari penggunaan nya, sebagai tanda yang menyimpulkan satu
tujuan
Setelah
kita lihat dari dua pengertian diatas
maka bias kita ambil Pengertian Bahasa ialah system yang teratur berupa
lambang-lambang bunyi yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran
bahasa tersebut
Sedangkan
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang digunakan di Negara Indonesia untuk tujuan
tertentu dan konteks ini akan menentukan ragam bahasa di Indonesia untuk
mencapai satu tujuan atau demi memhami antar bahasa daerah yang ada di
Indonesia. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya
berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang
lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,
ceramah, dll.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Fungsi Bahasa Indonesia
2.
Peranan Bahasa Indonesia
3.
Ragam Bahasa
4.
Macam-macam Ragam Bahasa
5.
EYD dan Tanda Baca
C.
TUJUAN
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia
2.
Ragam Bahasa Indonesia
3.
EYD dan macam-macam tanda baca
BAB II
PEMBAHASAN
1.Peranan dan Fungsi
Bahasa Indonesia
Secara
umum fungsi bahasa sebagai alat komunikasi: lisan maupun tulis
Santoso,
dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi
sebagai berikut :
1.
Fungsi
informasi
2.
Fungsi
ekspresi diri
3.
Fungsi
adaptasi dan integrasi
4.
Fungsi
kontrol sosial
Menurut
Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan:
1)
Fungsi
instrumental, bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu.
2)
Fungsi
regulatoris, bahasa digunakann untuk mengendalikan prilaku orang lain.
3)
Fungsi
intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4)
Fungsi
personal, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
5)
Fungsi
heuristik, bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu.
6)
Fungsi
imajinatif, bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi.
7)
Fungsi
representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.
Fungsi
khusus bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai, yaitu:
1)
Bahasa
resmi kenegaraan.
2)
Bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan.
3)
Bahasa
resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah.
4)
Alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fungsi
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara:
1)
Bahasa
resmi kenegaraan.
2)
Bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan.
3)
Bahasa
resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah.
4)
Alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahasa
Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga perlu dibakukan
atau distandarkan.
1)
Ejaan
Van Ophuijen (1901).
2)
Ejaan
Soewandi (1947).
3)
Ejaan
yang Disempurnakan (EYD, tahun 1972).
4)
Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Istilah (1975).
5)
Kamus
besar Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988).
A. Peranan
Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
Karya
Tulis Ilmiah
Karya
tulis ilmiah atau akademik menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa.
Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus
memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau bukan bahasa informal atau
pergaulan.Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti
ragam bahsa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam
bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau
ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu.
Dengan
demikian, ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa
yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar
karya tersebut dapt tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi
atau konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya
menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat
peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam
itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan
gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan
cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat
tanpa kesalahan makna bagi penerimanya.
Penulisan
ilmiah merupakan sebuah karangan yang bersifat fakta atau real yang ditulis
dengan menggunakan penulisan yang baik dan benar serta ditulis menurut metode
yang ada.
Terdapat
beberapa jenis penulisan ilmiah yang dapat di kategorikan sebagai berikut :
·
Makalah
Karya
tulis yang menyediakan permasalahan dan pembahasan sesuai dengan data yang
telah di dapatkan di lapangan dengan objektif.
·
Kertas
Kerja
Pada
umumnya kertas kerja hamper sama dengan makalah akan tetapi kertas kerja
digunakan untuk penulisan local karya atau seminar serta lebih mendalam dari
makalah.
·
Laporan
Praktik Kerja
Karya
ilmiah yang memaparkan fakta yang di temui di tempat bekerja yang digunakan
untuk penulisan terakhir jenjang diploma III (DIII).
·
Skripsi
Merupakan
karya ilmiah yang mengemukakan pendapat orang lain dan data yang telah di dapat
di lapangan yang digunakan untuk mendapat gelar S1.
·
Tesis
Karya
ilmiah yang bertujuan untuk melakukan pengetahuan baru dengan melakukan
peneluitian penelitian terhadap hasil hipotesis yang ada.
·
Disertasi
Karya
tulis untuk mengungkap dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta yang
realistis dan data yang relefan serta objektif.
Dalam
menulis karya ilmiah sebaiknya menggukan kata-kata atau kalimat yang sesuai
dengan kaidah dan bahasa yang penuturannya terpelajar dengan bidang tertentu,
ini berguna untuk menghindari ketaksaan atau ambigu makna karna karya ilmiah
tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa penulisan karya ilmiah
tidak mengandung bahasa yang sifatnya konstektual.
Ada
yang menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis
ilmiah berupa penelitian yaitu :
1.
Bermakna
isinya.
2.
Jelas
uraiannya.
3.
Berkesatuan
yang bulat.
4.
Singkat
dan padat.
5.
Memenuhi
kaidah kebahasaan.
6.
Memenuhi
kaidah penulisan dan format karya ilmiah.
7.
Komunikasi
secara ilmiah.
B. Peranan
Bahasa Indonesia Untuk Menyerap dan Mengungkapkan Hasil Pemikiran
Secara
umum bahasa dapat diartikan sebagai lambang bunyi yang dihasilkan oleh manusia
sebagai cara untuk berkomunikasi antar individu. Bahasa dapat mempermudah
manusia untuk mengetahui maksud dari apa yang disampaikan oleh lawan bicaranya
maupun sebaliknya. Setiap negara memiliki bahasa masing-masing yang membedakan
antara negara satu dan yang lainnya. Bahasa juga memberikan ciri khas pada suatu
negara dan menjadi lambang atau kebanggaan bagi bangsa itu sendiri. Seperti
halnya Bahasa Indonesia, merupakan bahasa yang dipakai dan digunakan oleh
mayoritas orang Indonesia.
Peranan
Bahasa Indonesia dapat kita lihat saat kita berbicara ataupun menulis untuk
menggungkapkan hasil pemikiran. Susunan kata-kata atau kalimat yang digunakan
tidak mungkin keluar begitu saja tanpa aturan. Kita harus memilih kata-kata dan
menyusun kata-kata tersebut sesuai dengan aturan dalam Bahasa Indonesia.
Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan
sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut Tata Bahasa. Penggunaan Tata
Bahasa yang tepat, akan mempermudah pendengar atau pembaca yang menyimak kita
untuk mengerti, memahami, dan menyerap maksud dari pemikiran kita.
Bahasa
memiliki peranan sebagai alat untuk mengekspresikan dan menunjukkan kemampuan
seseorang. Misalnya saja karya ilmiah seseorang, dia bisa mengekspresikan
pemikirannya melalui bahasa secara bebas. Namun, kita harus memikirkan siapa
yang akan membacanya, dan tujuan dari tulisan tersebut. Kita tinggal di negara
Indonesia, dengan tujuan pembaca yang juga orang Indonesia, maka itu kita
menggunakan bahasa Indonesia dalam pengungkapan hasil pemikiran kita.
Contohnya, karya ilmiah bersifat formal dan ditulis dengan bahasa yang baku,
sehingga kita harus menggunakan bahasa yang baku dan menulisnya dalam bentuk
yang formal.
Kemampuan
berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan
kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok.
Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang
ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa
selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga
argumentasi, di mana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan
persyaratan utama.
C. Menunjukkan
Rasa Wajib pada Diri Sendiri terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia
Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang terbentuk dari beraneka ragam
suku dan budaya. Bangsa Indonesia adalah cermin kemajuan ditunjang dengan
berbagai simbol pemersatu bangsa. Salah satu jembatan pemersatu itu bernama
Bahasa Indonesia. Sejak kali pertama diproklamirkan pada Sumpah Pemuda 1928
pada butir ke 3 yaitu “Kami putra putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan
Bahasa Indonesia”.
Sebagai
bagian erat bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia memiliki kedudukan istimewa.
Selain itu bahasa adalah cermin dari karakter bangsa seperti sebuah kutipan
“Bahasa Itu Menunjukkan Bangsa”. Dari kutipan tersebut sudah jelas bahwa cara
masyarakat menggunakan bahasa menunjukkan cara berfikir masyarakat. Mengapa
demikian? Karena bahasa adalah hasil dari sebuah pemikiran. Seperti dikatakan
Stephen R Covey, seorang pakar psikologi menyatakan, bahwa suatu ucapan (hasil
bekerjanya lidah dan bibir) itu terlahir sebagai hasil dari proses berfikir
(pikiran).
2. Ragam Bahasa
Ragam
bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara,kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta medium pembicara.
A.
Macam dan jenis ragam bahasa :
1.
Ragam
bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, jurnalistik,
dsb.
2.
Ragam
bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden
soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
3.
Ragam
bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg bahasa
madura, medan, sunda, dll.
4.
Ragam
bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi
berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.
5.
Ragam
bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6.
Ragam
bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.
B. Ragam Bahasa
menurut Pengungkapannya :
1.
Bahasa Lisan
Ragam
bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur
dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal.
Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara
atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri
ragam bahasa lisan :
a.
Memerlukan kehadiran orang lain
b.
Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c.
Terikat ruang dan waktu
d.
Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
2.
Bahasa Tulis
Ragam
bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata
cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa tulis, kita
tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan
tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri
ragam bahasa tulis :
a.
Tidak memerlukan kehaduran orang lain
b.
Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c.
Tidak terikat ruang dan waktu
d.
Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
3.
EYD dan Tanda Baca
A.
Ejaan dan Kaidah Tata Tulis
Kaidah Tata Tulis
Kaidah
bahasa merupakan aturan pemakaian bahasa agar bahasa itu tetap terpelihara
dalam perkembangannya. Dalam berbahasa, kita harus mengikuti kaidah sehingga
bahasa kita menjadi terpelihara dengan baik, sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Kaidah
bahasa merupakan suatu himpunan beberapa patokan umum berdasarkan struktur
bahasa.
Kaidah
tata tulis terdiri dari :
•
Pemakaian huruf
•
Penulisan huruf
•
Penulisan kata
•
Pungtuasi (tanda baca)
Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia
sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu bunyi dilambangkan dengan
satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih terdapat kekurangan.
Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan
dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem
yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal
ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih
sempurna.
Contoh
: 1. Kambing 2. Nyamuk 3. Khitanan 4. Syawal
B. Huruf Kapital
1.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya
: Dia bersepeda
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya
: Adik bertanya, “Kapan kita pergi ?”
3.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya
: Allah, Yang Maha Esa, Yang Maha Penyayang, Alkitab, Quran, Weda.
4.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya
: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya
: Dia baru saja diangkat menjadi raja.
5.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya
: Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah bupati yang baru dilantik itu?
6.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya
: Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya
: Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
7.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya
: bangsa Indonesia, suku Batak, bahasa Jepang
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya
: Mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan
8.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya
: tahun Hijriyah, bulan Desember, hari Lebaran.
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya
: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
9.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya
: Asia Tenggara, Danau Kerinci, Terusan Suez, Tanjung Harapan
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya
: berlayar ke teluk, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya
: garam inggris, gula jawa, pisang ambon
10.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya
: Republik Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Keputusan Presiden
Republik Indonesia.
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi.
Misalnya
: menjadi sebuah republik, menurut undang-undang yang berlaku
11.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya
: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
12.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan
kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya
: Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan, Ia menyelesaikan makalah
“Asas-Asas Hukum Ekonomi Perdata”.
13.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya
: Dr. doktor , Ny. Nyonya, M.A. master of arts , Sdr. saudara
14.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya
: “Kapan Ibu berangkat?” tanya Anis, Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Pengecualian
: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya
: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
15.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya
: Sudahkah Anda tahu? , Surat Anda telah kami terima.
C. Huruf Miring
1.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya
: majalah Bahasa dan Kesusastraan,
surat kabar KOMPAS
2.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya
: Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia tidak membicarakan hal itu.
Dia
bukan menipu, tetapi ditipu. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan!
3.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya
: Nama ilmiah padi ialah Oryza sativa.
Politik
devide et impera pernah merajalela di
negeri ini.
Catatan:
Dalam tulisan tangan, kata yang dicetak miring diberi garis di bawahnya.
D. Pemenggalan
kata secara Ortografis
Ortografis
adalah sistem ejaan suatu bahasa atau gambaran bunyi bahasa yang berupa tulisan
atau lambang yang meliputi antara lain masalah ejaan, kapitalisasi, pemenggalan
kata, tanda bava dan lain sebagainya.
Misalnya
: 1. Ber-u.ang 2. Be-ru.ang 3. Seperti di bahasa Sansakerta huruf “V”
dibaca “W” (V=W). Contohnya : 1. Siva = Siwa
2. Vihara = Wihara.
E. Kata Serapan
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sasekerta, Arab,
Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman
dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur
pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti:
reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de l’homme par I’homme. Unsur-unsur ini
dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti
cara asing. Kedua, unsure pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya.
Kaidah
ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
D. Pemakain
Tanda Baca
1.
Tanda Titik (.)
Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya
:
-
Ayahku
tinggal di Solo.
-
Biarlah
mereka duduk di sana.
2.
Tanda Koma (,)
Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya
:
-
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
-
Satu,
dua, … tiga!
3.
Tanda Titik Koma (;)
Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya
:
-
Malam
makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
4.
Tanda Titik Dua (:)
Tanda
titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya
:
-
Kita
sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
-
Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
5.
Tanda Hubung (-)
Tanda
hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya
:
-
Di
samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
6.
Tanda Pisah (–)
Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya
:
-
1910–1945
-
Tanggal
5–10 April 1970
7.
Tanda Tanya (?)
Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
-
Kapan
ia berangkat?
-
Saudara
tahu, bukan?
8.
Tanda Seru (!)
Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
-
Alangkah
seramnya peristiwa itu!
-
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
-
Masakan!
Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya.
-
Merdeka!
9.
Tanda Kurung ((…))
Tanda
kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
-
Bagian
Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
10.
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Misalnya:
-
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
11.
Tanda Petik (“…”)
Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
Misalnya
:
-
“Saya
belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
12.
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Misalnya:
-
Tanya
Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
13.
Tanda Garis Miring (/)
Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Misalnya:
-
No.
7/PK/1973
-
Jalan
Kramat II/10
14.
Tanda Elipsis (...)
Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya
:
-
Kalau
begitu ..., marilah kita laksanakan.
-
Jika
Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
BAB III
REFERENSI
DAFTAR
PUSTAKA