Jumat, 25 Desember 2015

Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah dan Kerangka Karangan

PERENCANAAN PENULISAN KARANGAN ILMIAH

Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang bagus, seorang penulis harus terlebih dahulu merencanakannya dengan matang, berikut ini beberapa langkah dalam perencanaan penulisan ilmiah :

A. Pemilihan Topik
Pemilihan topik merupakan hal terpenting dalam penulisan ilmiah, karena pemilihan topik menentukan batasan-batasan isi atau permasalahan yang akan dibahas selanjutnya. Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
- topik yang dipilih hendaknya menarik untuk dikaji.
- topik jangan terlalu luas dan terlalu sempit.
- topik yang dipilih sesuai dengan mminat dan kemampuan penulis.
- topik yang dikaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau berkaitan dengan profesi.

B. Pembatasan Topik
Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup dan terbatas sehingga tulisannya dapat terfokus.

C. Pemilihan Judul
Pemilihan judul, akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan dari sebuag penelitian yang akan dibahas. Bagi pembaca, judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan digarap.

D. Menentukan Tujuan Penulisan
Menetapkan tujuan yaitu menyampaikan maksud dari penulisan karya ilmiah atau penelitian yang akan di buat, sehingga pembaca dapat mengetahui manfaat yang diperoleh dari karangan ilmiah tersebut. Namun kita harus seksama, sering kali penulis memberikan tujuan yang sangat luas sehingga topik yang dibahas keluar dari apa yang sudah dibataskan.

E. Menentukan Kerangka Karangan
Kerangka karangan akan membuat penulisan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan dibuatnya karangan ilmiah tersebut, supaya tidak melenceng terlalu jauh karena kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu tulisan. Disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur. Beberapa fungsi kerangka karangan :
- untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
- kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan tulisan dalam sekilas pandang.
- memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
- menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.
- dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangkan, penulis lebih mudah untuk mengembangkan apa yang ingin dijabarkan.

F. Langkah-Langkah Penulisan Ilmiah
Metode ilmiah penelitian dan pengembangan menulis karya ilmiah adalah suatu cara untuk pelaksanaan secara sistematis dan objektif yang mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan. Langkah awal dalam penulisan ilmiah yaitu melakukan pengamatan atas objek yang diteliti dan menetapkan masalah dan tujuan yang akan diteliti.
2. Menyusun hipotesis. Menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek penelitian.
3.  Menyusun rancangan penelitian. Ini merupakan kerangka kerja bagi penelitian yang dilakukan.
4. Melaksanakan percobaab berdasarkan metode yang direncanakan. Kegiatan nyata dari proses penelitian dalam bentuk percobaan terkait penelitian yang dilakukan.
5. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data. Setelah melakukan percobaan atas objek penelitian, maka selanjutnya melakukan pengamatan pada objek penelitian.
6. Menganalisis dan menginterprrestasikan data. Menjelaskan segala kondisi yang terjadi pada saat pengamatan atau penelitian.
7. Merumuskan kesimpulan. Menarik kesimpulan dari semua proses percobaan, pengamatan, penganalisaan dan penginterprestasian terhadap objek penelitian.
8. Melaporkan hasil penelitian.  Langkah inilah yang sesungguhnya merupakan proses penulisan karangan ilmiah. Pada langkah ini kita telah menyusun sebuah karya tulis ilmiah yang akan memberikan manfaat bagi pembaca.

KERANGKA KARANGAN
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.


A. Manfaat Kerangka Karangan
Adapun manfaat kerangka karangan secara umum adalah untuk menyusun karangan secara teratur. Selain itu ada beberapa manfaat kerangka karangan, antara lain :

- Mempermudah pembahasan tulisan.
-  Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
- Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
-  Memudahkan penulis mencari materi tambahan.
-  Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
-  Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.

Dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai butir-butir bahasan yang ada dalam kerangka karangannya. Kerangka karangan merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut dapat diteliti, dianalisi, dan dipertimbangkan secara menyeluruh.




B. Cara Membuat Kerangka Karangan
1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan

Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan.

Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut.

2. Mengumpulkan bahan

Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Catatlah semua topik yang terlintas di dalam pikiran untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.

3. Menseleksi bahan

Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas.

4. Mengembangkan kerangka karangan

Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.

C. Contoh Kerangka Karangan
Berikut ini adalah contoh sebuah kerangka karangan

1. Tema : Kesehatan
Judul : Bahaya Merokok 
2. Mengapa rokok berbahaya ?
3. Kandungan zat – zat berbahaya dalam rokok
    3.1 Nikotin
    3.2 Gas CO
    3.3 Tar

4. Penyakit yang ditimbulkan dari rokok
    4.1 Kanker paru – paru
    4.2 Bronkitis

5. Cara berhenti dari rokok
    5.1 Niat
    5.2 Olahraga
    5.3 Konsumsi buah apel hijau


D. Contoh Pengembangan Kerangka Karangan
Di bawah ini adalah contoh paragraf eksposisi tentang bahaya merokok hasil dari pengembangan kerangka paragraf di atas. 
Bahaya Merokok
Saat ini rokok telah menjadi bagain hidup sebagian orang. Bahkan mereka menjadikan rokok sebagai kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Padahal, tanpa kita sadari merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Bahaya -bahaya yang ditimbulkan tidak hanya bagi si perokok itu sendiri tetapi orang – orang yang bukan perokok pun ikut terancam. Mereka bisa menghancurkan tubuh kita secar perlahan – lahan bahkan rokok juga bisa menyebabkan kematian.
Merokok sangat berbahaya karena kandungan zat - zat berbahaya di dalamnya. Ada banyak sekali bahan atau zat – zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok dan tanpa kita sadari masuk ke dalam tubuh baik itu secara sengaja maupun tidak. Zat – zat tersebut diantaranya adalah nikotin. Zat ini merupakan zat yang ada di dalam daun tembakau dan penyebab kecanduan. Zat berbahaya selanjutnya adalah gas CO. Gas CO atau disebut juga dengan karbon monoksida adalah asap rokok yang masuk ke dalam tubuh kita. Sedangkan zat yang paling berbahaya terakhir adalah Tar. Zat ini merupakan abu dari asap rokok yang akan menyebabkan penyakit kanker, jika masuk ke dalam tubuh kita. 

Sumber:


Kamis, 29 Oktober 2015

Diksi ( Pilihan Kata ), Kalimat Efektif, dan Paragraf atau Alinea

2.1 DIKSI ( Pilihan Kata )

Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.

Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
·         Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.

·         Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
·         Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.

·         Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.

·         Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.

·         Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.

·         Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.

·         Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.

·         Makna Denotasi
Makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.
Contoh : Adik makan nasi. Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

·         Makna Konotasi
Kalau makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain atau makna kiasan.
Contoh : kamu selalu datang tepat waktu,  alarm jam kamu bagus. alarm arti nya adalah disiplin (tepat waktu).


2.2 Kalimat Efektif

Definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.


Ciri-Ciri Kalimat Efektif :

1. Kesatuan Gagasan
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).

2. Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
a.       Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
b.      Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.


4. Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
a.       Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
b.      Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
a.       Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
b.      Kami pun turut dalam kegiatan itu.
c.       Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
a.       Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
b.      Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh kalimat efektif :
a.       Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
b.      Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.



2.3 Paragraf atau Alinea

Alinea atau Paragraf adalah kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat, berupa penggabungan beberapa kalimat yang mempunyai satu gagasan atau satu tema. Meskipun demkian, ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat saja, penyebabnya antara lain :
1. Kurang dikembangkan oleh penulis
2. Sebagai peralihan antara bagian-bagian karangan
3. Dialog antar narasi diperlakukan sebagai satu alinea
Adapun tujuan pembentukan alinea adalah :
a. Memudahkan pegertian dan pemahaman terhadap satu tema
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.

Persyaratan Alinea :
a. Memiliki kesatuan alinea : dalam satu alinea hanya memiliki satu pokok pikran.
b. Memiliki kepaduan alinea atau koherensi.

Jenis-jenis alinea :

1). Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya

·         Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraph

·         Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif

·         Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

·         Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
  

2). Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:

·         Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca
·         Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
·         Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
·         Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
·         Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.


3). Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

·         Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .

Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
a.       menghantar pokok pembicaraan
b.      menarik minat pembaca
c.       menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

·         Paragraf Pengembang

Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:

a.       mengemukakan inti persoalan
b.      memberikan ilustrasi
c.       menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
d.      meringkas paragraf sebelumnya
e.       mempersiapkan dasar bagi simpulan.


·         Paragraf Penutup

Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.

Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :

a.       sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
b.      isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian

c.       sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya



sumber :

Rabu, 07 Oktober 2015

Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia

TUGAS BULAN 1





1. Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia
2. Ragam Bahasa
3. EYD dan Tanda Baca


Nama   : Bayu Puja Kusuma
NPM   : 11113672
Kelas   : 3KA17





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ” Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia, Ragam Bahasa, EYD dan Tanda Baca”.
                                                                                     
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan orang tua yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.










 Daftar Isi

Cover ............................................................................................................

Kata Pengantar .............................................................................................

Daftar Isi .......................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang ..........................................................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................................

C. Tujuan ........................................................................................................


BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

1.Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia ........................................................

A. Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah ......................................

B. Peranan Bahasa Indonesia Untuk Menyerap dan Mengungkapkan Hasil    Pemikiran .........................................................................................................

C. Menunjukkan Rasa Wajib pada Diri Sendiri terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia ..........................................................................................................

2. Ragam Bahasa .............................................................................................

A. Macam dan jenis Ragam Bahasa ...................................................................

B. Ragam Bahasa menurut .................................................................................

C. Pengungkapannya ..........................................................................................

3. EYD dan Tanda Baca .....................................................................................

A. Ejaan dan Kaidah Tata Tulis .........................................................................

B. Huruf Kapital .................................................................................................

C. Huruf Miring ..................................................................................................

D. Pemenggalan kata secara Ortografis .................................................................

E. Kata Serapan ......................................................................................................

BAB III REFERENSI ............................................................................................

Daftar Pustaka ........................................................................................................










BAB I
PENDAHULUAN




A. LATAR BELAKANG

Pengertian Bahasa secara harfiah ialah lambang, Sedangkan secara sederhana ialah suatu media atau alat yang digunakan ketika kita ingin menyampaikan sesuatu yang tersirat dalam hati nurani. Sedangkan bahasa menurut para ahli :

Menurut Depdiknas, 2005: 3 Bahasa pada hakikatnya adalah  ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang menggunakan bunyi sebagai alatnya.

Menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno, 2009: 126 Bahasa merupakan setruktur dan makna yang bebas dari penggunaan nya, sebagai tanda yang menyimpulkan satu tujuan

Setelah kita lihat dari dua pengertian  diatas maka bias kita ambil Pengertian Bahasa ialah system yang teratur berupa lambang-lambang bunyi yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran bahasa tersebut


Sedangkan Bahasa Indonesia ialah bahasa yang digunakan di Negara Indonesia untuk tujuan tertentu dan konteks ini akan menentukan ragam bahasa di Indonesia untuk mencapai satu tujuan atau demi memhami antar bahasa daerah yang ada di Indonesia. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato, ceramah, dll.




B. RUMUSAN MASALAH

1. Fungsi Bahasa Indonesia
2. Peranan Bahasa Indonesia
3. Ragam Bahasa
4. Macam-macam Ragam Bahasa
5. EYD dan Tanda Baca



C. TUJUAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia
2. Ragam Bahasa Indonesia
3. EYD dan macam-macam tanda baca









  

BAB II
PEMBAHASAN




1.Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Secara umum fungsi bahasa sebagai alat komunikasi: lisan maupun tulis
Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut :

1.      Fungsi informasi
2.      Fungsi ekspresi diri
3.      Fungsi adaptasi dan integrasi
4.      Fungsi kontrol sosial

Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan:

1)      Fungsi instrumental, bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu.
2)      Fungsi regulatoris, bahasa digunakann untuk mengendalikan prilaku orang lain.
3)      Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4)      Fungsi personal, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
5)      Fungsi heuristik, bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu.
6)      Fungsi imajinatif, bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi.
7)      Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.




Fungsi khusus bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai, yaitu:

1)      Bahasa resmi kenegaraan.
2)      Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
3)      Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah.
4)      Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.


Fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara:

1)      Bahasa resmi kenegaraan.
2)      Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
3)      Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah.
4)      Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.


Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga perlu dibakukan atau distandarkan.

1)      Ejaan Van Ophuijen (1901).
2)      Ejaan Soewandi (1947).
3)      Ejaan yang Disempurnakan (EYD, tahun 1972).
4)      Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Istilah (1975).
5)      Kamus besar Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988).





A. Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah

Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis ilmiah atau akademik menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau bukan bahasa informal atau pergaulan.Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti ragam bahsa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu.

Dengan demikian, ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar karya tersebut dapt tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya.

Penulisan ilmiah merupakan sebuah karangan yang bersifat fakta atau real yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik dan benar serta ditulis menurut metode yang ada.

Terdapat beberapa jenis penulisan ilmiah yang dapat di kategorikan sebagai berikut :

·         Makalah
Karya tulis yang menyediakan permasalahan dan pembahasan sesuai dengan data yang telah di dapatkan di lapangan dengan objektif.

·         Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja hamper sama dengan makalah akan tetapi kertas kerja digunakan untuk penulisan local karya atau seminar serta lebih mendalam dari makalah.

·         Laporan Praktik Kerja
Karya ilmiah yang memaparkan fakta yang di temui di tempat bekerja yang digunakan untuk penulisan terakhir jenjang diploma III (DIII).

·         Skripsi
Merupakan karya ilmiah yang mengemukakan pendapat orang lain dan data yang telah di dapat di lapangan yang digunakan untuk mendapat gelar S1.

·         Tesis
Karya ilmiah yang bertujuan untuk melakukan pengetahuan baru dengan melakukan peneluitian penelitian terhadap hasil hipotesis yang ada.


·         Disertasi
Karya tulis untuk mengungkap dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta yang realistis dan data yang relefan serta objektif.
Dalam menulis karya ilmiah sebaiknya menggukan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan kaidah dan bahasa yang penuturannya terpelajar dengan bidang tertentu, ini berguna untuk menghindari ketaksaan atau ambigu makna karna karya ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa penulisan karya ilmiah tidak mengandung bahasa yang sifatnya konstektual.
Ada yang menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu :

1.      Bermakna isinya.
2.      Jelas uraiannya.
3.      Berkesatuan yang bulat.
4.      Singkat dan padat.
5.      Memenuhi kaidah kebahasaan.
6.      Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah.
7.      Komunikasi secara ilmiah.




B. Peranan Bahasa Indonesia Untuk Menyerap dan Mengungkapkan Hasil    Pemikiran


Secara umum bahasa dapat diartikan sebagai lambang bunyi yang dihasilkan oleh manusia sebagai cara untuk berkomunikasi antar individu. Bahasa dapat mempermudah manusia untuk mengetahui maksud dari apa yang disampaikan oleh lawan bicaranya maupun sebaliknya. Setiap negara memiliki bahasa masing-masing yang membedakan antara negara satu dan yang lainnya. Bahasa juga memberikan ciri khas pada suatu negara dan menjadi lambang atau kebanggaan bagi bangsa itu sendiri. Seperti halnya Bahasa Indonesia, merupakan bahasa yang dipakai dan digunakan oleh mayoritas orang Indonesia.

Peranan Bahasa Indonesia dapat kita lihat saat kita berbicara ataupun menulis untuk menggungkapkan hasil pemikiran. Susunan kata-kata atau kalimat yang digunakan tidak mungkin keluar begitu saja tanpa aturan. Kita harus memilih kata-kata dan menyusun kata-kata tersebut sesuai dengan aturan dalam Bahasa Indonesia. Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut Tata Bahasa. Penggunaan Tata Bahasa yang tepat, akan mempermudah pendengar atau pembaca yang menyimak kita untuk mengerti, memahami, dan menyerap maksud dari pemikiran kita.

Bahasa memiliki peranan sebagai alat untuk mengekspresikan dan menunjukkan kemampuan seseorang. Misalnya saja karya ilmiah seseorang, dia bisa mengekspresikan pemikirannya melalui bahasa secara bebas. Namun, kita harus memikirkan siapa yang akan membacanya, dan tujuan dari tulisan tersebut. Kita tinggal di negara Indonesia, dengan tujuan pembaca yang juga orang Indonesia, maka itu kita menggunakan bahasa Indonesia dalam pengungkapan hasil pemikiran kita. Contohnya, karya ilmiah bersifat formal dan ditulis dengan bahasa yang baku, sehingga kita harus menggunakan bahasa yang baku dan menulisnya dalam bentuk yang formal.

Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, di mana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
C. Menunjukkan Rasa Wajib pada Diri Sendiri terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang terbentuk dari beraneka ragam suku dan budaya. Bangsa Indonesia adalah cermin kemajuan ditunjang dengan berbagai simbol pemersatu bangsa. Salah satu jembatan pemersatu itu bernama Bahasa Indonesia. Sejak kali pertama diproklamirkan pada Sumpah Pemuda 1928 pada butir ke 3 yaitu “Kami putra putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia”.

Sebagai bagian erat bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia memiliki kedudukan istimewa. Selain itu bahasa adalah cermin dari karakter bangsa seperti sebuah kutipan “Bahasa Itu Menunjukkan Bangsa”. Dari kutipan tersebut sudah jelas bahwa cara masyarakat menggunakan bahasa menunjukkan cara berfikir masyarakat. Mengapa demikian? Karena bahasa adalah hasil dari sebuah pemikiran. Seperti dikatakan Stephen R Covey, seorang pakar psikologi menyatakan, bahwa suatu ucapan (hasil bekerjanya lidah dan bibir) itu terlahir sebagai hasil dari proses berfikir (pikiran).








2. Ragam Bahasa


Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta medium pembicara.

A. Macam dan jenis ragam bahasa :

1.      Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, jurnalistik, dsb.
2.      Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
3.      Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dll.
4.      Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.
5.      Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6.      Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.


B. Ragam Bahasa menurut Pengungkapannya :

1. Bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
a. Memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara


2. Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a. Tidak memerlukan kehaduran orang lain
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.




3. EYD dan Tanda Baca

A. Ejaan dan Kaidah Tata Tulis
Kaidah Tata Tulis
Kaidah bahasa merupakan aturan pemakaian bahasa agar bahasa itu tetap terpelihara dalam perkembangannya. Dalam berbahasa, kita harus mengikuti kaidah sehingga bahasa kita menjadi terpelihara dengan baik, sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Kaidah bahasa merupakan suatu himpunan beberapa patokan umum berdasarkan struktur bahasa.

Kaidah tata tulis terdiri dari :

• Pemakaian huruf
• Penulisan huruf
• Penulisan kata
• Pungtuasi (tanda baca)

      Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.
Contoh : 1. Kambing   2. Nyamuk       3. Khitanan      4. Syawal






B. Huruf Kapital


1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya : Dia bersepeda
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya : Adik bertanya, “Kapan kita pergi ?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya : Allah, Yang Maha Esa, Yang Maha Penyayang, Alkitab, Quran, Weda.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya : Dia baru saja diangkat menjadi raja.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya : Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya: Siapakah bupati yang baru dilantik itu?
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya : Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya : Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya : bangsa Indonesia, suku Batak, bahasa Jepang
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya : Mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya : tahun Hijriyah, bulan Desember, hari Lebaran.
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya : Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya : Asia Tenggara, Danau Kerinci, Terusan Suez, Tanjung Harapan
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya : berlayar ke teluk, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya : garam inggris, gula jawa, pisang ambon
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya : Republik Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Keputusan Presiden Republik Indonesia.
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya : menjadi sebuah republik, menurut undang-undang yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya : Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya : Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan, Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Ekonomi Perdata”.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya : Dr. doktor , Ny. Nyonya, M.A. master of arts , Sdr. saudara
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya : “Kapan Ibu berangkat?” tanya Anis, Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Pengecualian : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya : Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya : Sudahkah Anda tahu? , Surat Anda telah kami terima.





C. Huruf Miring


1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya : majalah Bahasa dan Kesusastraan, surat kabar KOMPAS
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya : Huruf pertama kata abad ialah a. Dia tidak membicarakan hal itu.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan!
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya : Nama ilmiah padi ialah Oryza sativa.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Catatan: Dalam tulisan tangan, kata yang dicetak miring diberi garis di bawahnya.






D. Pemenggalan kata secara Ortografis


Ortografis adalah sistem ejaan suatu bahasa atau gambaran bunyi bahasa yang berupa tulisan atau lambang yang meliputi antara lain masalah ejaan, kapitalisasi, pemenggalan kata, tanda bava dan lain sebagainya.
Misalnya : 1. Ber-u.ang  2. Be-ru.ang  3. Seperti di bahasa Sansakerta huruf “V” dibaca “W” (V=W). Contohnya : 1. Siva = Siwa  2. Vihara = Wihara.





E. Kata Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sasekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de l’homme par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsure pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.




D. Pemakain Tanda Baca

1. Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
-          Ayahku tinggal di Solo.
-          Biarlah mereka duduk di sana.

2. Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :
-          Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
-          Satu, dua, … tiga!



3. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya :
-          Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.



4. Tanda Titik Dua (:)

Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
-          Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
-          Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.



5. Tanda Hubung (-)

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya :
-          Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.



6. Tanda Pisah (–)

Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya :
-          1910–1945
-          Tanggal 5–10 April 1970
7.  Tanda Tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
-          Kapan ia berangkat?
-          Saudara tahu, bukan?


8. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
-          Alangkah seramnya peristiwa itu!
-          Bersihkan kamar itu sekarang juga!
-          Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya.
-          Merdeka!



9. Tanda Kurung ((…))

Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
-          Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.



10. Tanda Kurung Siku ([…])

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
-          Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.



11. Tanda Petik (“…”)

Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya :
-          “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”




12. Tanda Petik Tunggal (‘…’)

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Misalnya:
-          Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”



13. Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Misalnya:
-          No. 7/PK/1973
-          Jalan Kramat II/10



14. Tanda Elipsis (...)

Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya :
-          Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
-          Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.














BAB III
REFERENSI


DAFTAR PUSTAKA